Hidup ialah ketidakjelasan, begitupun masalah hati. Tidak ada agunan satu jalinan dapat bertahan selama-lamanya. Seorang yang umumnya ada selalu atau yang kita kira “salah satu” bahkan juga dapat pergi demikian saja.

Saya, kamu, atau kalian pasti memahami bagaimana rasa-rasanya ditinggal. Meremang dalam kesepian sekalian merutuki perihnya ditinggal seorang yang menjadi kecintaan. Putus semangat, putus cinta, atau apalah namanya. Saat tiba untuk yang pertama pasti mengagumkan sakitnya. Tapi…

Tidak seorang juga siap jadi faksi yang ditinggal. Rasakan hati yang hancur lebur dan jalani kehidupan yang serba amburadul. Jangankan melangkahkan kaki untuk meneruskan hidup yang ucapnya satu perjalanan. Untuk berdiri tegak saja tidak mampu, saya sempoyong dan tidak akan imbang.

Rupanya, kembali lagi mengakrabi ketersendirian dapat membuat seorang begitu ketakutan. Bila umumnya ada ia yang tidak pernah lepas dari penglihatan, sekarang saya cuman dapat memandang diriku sendiri yang lagi diterpa kegetiran. Saya sedang bersedih, merutuki jalinan cinta yang perlu gagal demikian saja.

Bukanlah dibuat-buat, tetapi ditinggal seorang yang kita sayangi itu sakitnya mengagumkan. Terkadang, tebersit di kepala mengenai peluang menyerahlah. Akhiri hidup atau menguatkan diri untuk melajang selama-lamanya saat cinta sukses membuatku kapok.

Tetapi, apa hidup harus sebegitu tragisnya? Tidakkah seluruh orang memiliki hak rayakan hidupnya dan bahagia. Terang tidak ada alternatif lain terkecuali menyembuhkan lukaku sendiri. Maafkan diri dan berdamai dengan semua yang terjadi. Mengikhlaskan ia yang pilih pergi dan malas memercayakan hati.

Saya yakin tiap kesusahan terus tiba sepaket dengan pelajaran. Dibalik kesakitan yang mau tak mau dirasa, tentu ada kebaikan yang nantinya dapat digunakan. Ya, walau harus nikmati perihnya, putus semangat rupanya membuatku makin pahami mengenai cinta dan jalinan dua manusia.

Saat ini saya sadar jika jalinan cinta bukan sebatas mengenai dua manusia yang sama-sama jatuh hati dan terpikat. Lebih dari itu, hati yang naik-turun mengagumkan rupanya harus tetap disertai dengan nalar. Bahkan juga, kasus beberapa prinsip hidup yang dipunya juga tidak bisa diacuhkan demikian saja. Semuanya wajib dapat dikompromikan secara dewasa.

Masalah cinta dan hati benar-benar tidak bisa diprediksikan. Ke-2 nya bukan perhitungan angka yang hasilnya dapat presisi. Kebalikannya, cinta dan hati malah yang paling sebagai wakil hukum ketidakjelasan di bumi ini.

Lugas rasa-rasanya bila saya yakin jika seluruh cerita cinta akan usai berbahagia. Ditambah, salah bila saya memandang berbahagia cuman punya sepasang pacar yang dapat menikah dan hidup berdua. Bagaimana juga, kebahagiaan itu banyak memiliki bentuk. Cerita cinta yang pada akhirnya harus usai ironis itu juga boleh-boleh saja.

Pengalaman putus semangat tidak perlu selama-lamanya dirutuki. Toh, pada akhirnya saya pahami jika pengalaman ini juga yang menempaku untuk makin introspeksi diri. Karena itu saya sanggup pahami jika kebahagiaan dan kesengsaraan sesungguhnya cuman berdiri berlainan segi.

Untuk apa gampang jatuh hati dan memercayakan hati bila selanjutnya harus terlukai? Buat apa berkorban atas landasan cinta yang demikian besar bila ujungnya menanggung derita kembali? Buatku, putus semangat ialah satu titik balik. Satu peristiwa refleksi yang mengingatiku untuk lebih waspada di masa datang.

Diakhir hari saya mengetahui jika cinta benar-benar salah satu perihal yang dapat membuat manusia berbahagia. Jadi, tidak adil rasa-rasanya bila saya menganiaya diri kita dengan janji tidak akan jatuh hati kembali. Walau sebenarnya, jatuh hati sesungguhnya hal yang wajar dirasakan manusia setiap harinya.

Walau pernah rasakan sakit yang mengagumkan, saya tidak akan kapok mencerap cinta. Bagaimana juga, hatiku tidak semestinya mati rasa karena hanya pengalaman putus cinta yang pertamanya kali. Kira saja diriku telah melalui tingkat ujian yang pertama. Dengan bekal pengalaman dan pemikiran yang makin dewasa, saya siap mencoba cinta yang selanjutnya.

error: Content is protected !!