Pada intinya satu jalinan didasari loyalitas untuk sama-sama menyukai, menghargai, dan jaga hati keduanya. Sebab ditempuh oleh 2 orang dengan background berlainan, terang saja jika akan tampil bermacam jenis opini yang bermacam, ide yang kemungkinan tidak sama dan karakter yang sama-sama berseberangan. Tidak bingung, sich, namanya ada juga dua kepala.

Itu kenapa, tidak seluruh jalinan berjalan lancar sesuai mimpi dan angan yang pernah dirajut. Akhir yang diharapkan tidak selamanya sama dengan doa yang dipanjatkan waktu cinta sedang mekar-mekarnya. Waktu rupanya ada yang membuat kapal karam dan pada akhirnya harus stop sampai di sini, waktu disanalah orang akan memandang dengan sesuka mereka berkenaan apa yang nampak.

Tetapi entahlah mengapa cowok umumnya menjadi pusat yang dihujat, dituding, dan tidak pernah rekat dengan rasa simpati. Kebalikannya, cewek malah jadi faksi yang dekat sama rasa kasihan dan perhatian lebih. Walau sebenarnya jalinan yang jalani terus 2 orang ‘kan? Semestinya apa yang berlangsung dalam satu jalinan bisa saja tanggung jawab berdua. Bukan salah satunya faksi saja yang dituding.

Banyak narasi pilu mengenai cowok yang pilih tinggalkan ceweknya untuk menikah dengan cewek lain. Simpati dan rasa kasihan tentu saja langsung banyak yang datang untuk sang cewek yang ditinggal. Tidak berperasaan, tega, tidak bertanggungjawab, dan kalimat tidak nikmat yang lain jadi kecaman yang akan diterima faksi cowok. Tidak ingat ia, waktu berusaha, sang cewek ikhlas temani. Gantian berhasil, malahan pilih lainnya.

Masalah pertama ini menunjukkan jika cowok yang pada akhirnya disudutkan dan harus ikhlas terima banyak tuduhan. Walau sebenarnya kemungkinan beberapa hal yang tidak dikenali khalayak mengenai keputusan cowok tinggalkan ceweknya yang sebelumnya untuk menikah dengan cewek lain.

error: Content is protected !!