Kamu barangkali sempat terluka, sampai hatimu mati rasa. Mati rasa, saat kamu susah untuk terima orang baru yang mencoba dekatimu. Skeptis dengan arti cinta, sayang, serta kamu benci simak mereka yang sedang berduaan. Cedera yang ia meninggalkan kemungkinan demikian membekas dihatimu. Hingga kamu berpikir jika seluruh orang itu serupa dengannya.
Ia yang mendua dan wafatkanmu tiada fakta. Ketika cintamu kepadanya tengah memuncah dan hangat-hangatnya. Hatimu saat itu juga remuk amburadul, detik itu kamu memilih untuk tidak akan yakin pada cinta. Tetapi sadarkah kamu jika cedera sesungguhnya memperkuatmu? Cedera mengajarkanmu berarti terima. Terima jika kadang Tuhan punyai gagasan lain untukmu. Kemungkinan ini langkah Tuhan pisahkanmu sama dia, yang tidak ditakdirkan untukmu. Selanjutnya putus semangat menjadikanmu individu yang lebih tabah. Namun kamu belum mengetahuinya.
Putus semangat membuat kamu tutup diri. Saat seorang coba dekatimu, kamu malah menjauh. Benar-benar betul, tidak gampang untuk kembali lagi yakin pada cinta sesudah kamu terlukai. Kamu perlu sedikit waktu untuk membenahi hati. Dan bukan bermakna kamu harus menjauh saat ada seorang yang coba dekatimu. Berilah ia, seorang yang baru peluang untuk isi ruangan di hatimu. Tidak seluruhnya orang sama sama dia yang pernah menyakitimu. Jika merajut jalinan dengan seorang yang baru di rasa begitu berat buatmu, minimal kamu dapat bersahabat dengannya. Sebab ingat cedera cuman akan membuat kamu teraniaya.
Apa kamu rasakan beberapa hal ini: takut akan loyalitas, terus menampik setiap dibawa jalan, dan skeptis dengan perhatian musuh tipe? Bisa saja ini penanda hatimu yang telah kelamaan tersegel. Kamu menyengaja tutup diri sebab cemas terluka kembali. Hei, tahukah kamu jika hati yang kelamaan tersegel dapat lumutan? Ini yang membuat kamu jadi skeptis. Coba untuk buka diri bila ada seorang baru yang dekatimu.