Baru saja ini saya beli satu buku. Judulnya benar-benar panjang, Cuman Kamu Yang Tahu Berapakah Lama Kembali Saya Harus Menanti. Kelompok cerpen itu bercerita mengenai cerita-kisah orang dalam penantian. Membaca judulnya saja aku segera terpikir pada cerita kita. Mengenai saya, yang menantimu buka hati.
Kata orang menanti itu menyakitkan. Apa lagi pada suatu hal yang tidak terang kapan akan tiba. Tetapi entahlah kenapa, telah demikian lama saya menantimu, rasa jemu itu tidak pernah berkunjung di hatiku. Sakit, benar-benar iya. Tetapi entahlah kenapa saya percaya jika kelak kamu akan mengetahuinya.
Dari demikian beberapa orang di bumi ini, saya tidak pahami kenapa harus padamu saya jatuhkan hati. Kamu, iya kamu, seorang yang pernah terluka demikian dalam, dan sedang repot sendiri mengobati lukamu. Walau sebenarnya bila kamu ingin sedikit saja buka hatimu, lihatlah, saya berada di sini. Saya memanglah bukan siapa saja, tetapi bila kamu mengizinkannya, saya dapat menolongmu menyembuhkan semua.
Saya tahu sakit hatimu demikian besar. Masa lampau yang kejam itu telah mencatatkan cedera yang begitu dalam. Saya pahami bila kejadian buruk dan ketidakberhasilan di masa lampau membuat kamu malas mengawali yang baru. Kamu takut disakiti kembali, ya, mungkin saya akan rasakan yang serupa bila saya jadi kamu. Tetapi kenapa kamu tidak pahami dari sesuatu yang telah kukatakan kepadamu berkali-kali? Jika sakit hati di masa lampau tidak bermakna tidak ada kebahagiaan yang dapat kamu alami kembali.
Baik, baik. Saya tahu ia ialah orang yang demikian bernilai bagimu. Ia ialah figur sangat jarang, yang mungkin benar-benar tidak akan kamu peroleh kembali untuk kali ke-2 . Saya? Ah, iya, saya memanglah bukan siapa saja. Saya sadar kemungkinan saya tidak punyai kualitas seujung kukunya. Tetapi kapan kamu akan mengetahui jika semuanya telah berakhir? Dan jika di tempat ini ada saya, yang walau bukan superman tetapi ingin mengupayakan apa supaya kamu berbahagia?