Siang hari ini saya termenung waktu duduk bersamamu. Semestinya saya melempar senyuman dan bicara banyak tema kepadamu, tetapi bukan untuk kesempatan ini. Kemungkinan sebab saya tidak berasa senyaman umumnya. Berulang-kali kau coba mengungkapkan kalimat yang semenjak awalnya kubilang tidak saya senang.

Semenjak pertama berjumpa denganmu, tidak dapat kusangkal jika kamu ialah figur yang demikian menarik. Karena sangat menariknya, seberapa banyak orang yang tidak pernah tertarik? Teman-kawanku ialah deretan manusia yang ada didalamnya. Beda hal sama mereka, kemungkinan saya jadi sedikit saja yang menganggapmu biasa. Cukup banyak juga saya bergerak melihatmu.

Tetapi semuanya menjadi berlainan saat kita dituntut banyak berbicara dan bekerja bersama. Awalannya cukup aneh dengan perilakumu yang berkesan demikian membesarkan hati performa. Yah, kuanggap saja itu ialah gurauan. Bila tidak, kemungkinan saya telah jemu harus bekerja bersama denganmu lagi. Tetapi kuakui kamu benar-benar menarik.

Kebersama-samaan yang terus-terusan sudah tumbuhkan sedikit rasa simpati kepadamu. Kemungkinan kamu juga sudah mengetahuinya. Tidak berbeda jauh denganku, kamu berasa tenteram di pelukanku. Bermacam tema tidak enggan kita kupas bersama siang dan malam. Yah, orang yang lain sirik pada jalinan kita bisa menyebutkan kita sama-sama menyukai dan sedang merajut kasih. Tetapi saya cuman biasa-biasa saja. Saya belum menyebutmu selaku pacarku, apa lagi mengaplikasikan banyak sekali sasaran. Saya mengharap kita dapat mengucur saja.

Sayang tidak demikianlah yang bergelayut di pikiranmu. Tidak mengejutkan bila kamu kerap menuntutku ini dan itu. Bahkan juga untuk periode depanku, kamu ikut mengendalikan jalan yang kupilih. Faktanya kamu tidak mampu hidup jauh dariku. Masalah hari esok, saya rasa kita tidak dapat searah. Permasalahannya, prinsipku kuat. Siapa kembali yang sanggup jamin diriku sendiri kecuali saya?

error: Content is protected !!