Pernah tidak mendadak seorang jadi demikian istimewa di matamu? Dari yang jarang-jarang bertegur sapa, kalian pada akhirnya biasa berganti narasi. Makin lama hadirnya semakin kamu tunggu dan pada akhirnya kamu bersumber pada satu hati. Kamu mencintainya, walaupun tidak tahu apa dia simpan hati yang serupa.

Arah awalnya yang sebelumnya cuman untuk bersahabat saat ini berbeda dengan hadirnya hati senang. Yang umumnya tidak jadi permasalahan saat 1 minggu tidak berjumpa, sekarang kamu gelisah sendiri waktu dia tidak dapat berjumpa walaupun sehari. Kemauan untuk ada selalu di dekatnya rasa-rasanya tidak dapat disertai dengan posisi kalian yang cuma untuk rekan biasa.

Dia yang dahulu pertama kamu temu bukan dia yang saat ini kamu senang. Dan itu menganiaya. Selaku rekan, kamu tidak akan tenteram bila terus menerus merendam hati, tetapi di lain sisi kamu takut ia akan menjauh saat tahu kamu mencintainya. Kamu juga berasa kehilangan bila tidak dengannya. Masa lalu waktu awalnya bertemu makin menempel dalam daya ingat, dan figurnya tidak akan sama.

Kita tidak dapat mengatur bagaimana hati akan berguling dan tumbuh berkembang. Walau akal sehat berbicara “Jangan!”, hati masih punyai kemauannya sendiri. Hati yang kamu piara akan memacu perselisihan di antara pemikiran dan hati.

Terkadang kamu mengharap mengatakan cinta dapat segampang berbicara “Saya lapar!” tetapi kamu sadar jika cinta tidak sesimpel apa yang orang ngomong sebab pikiranmu coba menampik fakta mengenai apa yang hati sudah rasakan.

Ketidakjelasannya mengenai hatimu makin jadi beban bagimu, saat dia mulai terbuka kepadamu mengenai seorang wanita yang dia senang. Awalannya kamu (benar-benar) mengharap jika itu ialah kamu, dan beban hati ganda sah kamu bawa saat dia mengenalkan seorang yang sejauh ini cuman ada dalam narasi curhatnya kepadamu.

error: Content is protected !!