Waktu kita mengulas mengenai masa lampau, semestinya kita sama tahu jika periode itu telah tidak berlaku. Semua yang datang dalam daya ingat tidak lagi apa yang lagi berlangsung, tapi apa yang terjadi dan berakhir. Oleh karena itu, mengingatmu, seperti membersihkan cedera lama yang membuatku makin terluka.

Tetapi memungkirinya tidak punya pengaruh apa-apa. Sebab masa lalu itu biasanya datang tiada kata. Walau kuyakinkan diriku semaksimal mungkin, toh, kamu masih bertakhta di situ. Orang ngomong waktu akan mengobati. Bila itu betul, karena itu saat ini saya yakin pada kata Tuan Periset, jika waktu untuk tiap manusia benar-benar tidak selamanya sama…

Waktu suatu hal sudah usai, yang masih ada tinggal masa lalu. Segalanya mengenai saya dan kamu sudah tidak ada kembali di kenyataan. Tapi tiap malam dan di saat senggangku ada, masa lalu mengenai diri kamu masih rajin mengunjungiku. Kadang tampil antara beberapa mimpi tidurku. Terkadang datang bersama rintik hujan waktu seniman jalanan mendendangkan lagu kita. Bukanlah saya senang, tetapi kadang saya tidak dapat menghindarinya.

Bila kamu menanyakan mengenai hatiku kepadamu, bisa saya menjawab jika saya telah lupa. Saya tidak perduli bagaimana diri kamu saat ini, atau apa kamu telah mendapati lainnya selaku penggantiku. Segalanya tentangmu tidak akan mengusikku. Benar-benar, bila kamu menanyakan, saya akan menjawab demikian. Tetapi waktu kamu menyaksikan mataku, kemungkinan kamu akan tahu. Belum sedetikpun dalam hidupku saya sukses mengeluarkankanmu dari pikiranmu. Entahlah kamu, entahlah masa lalu mengenai kita, tetapi harus kuakui saya benar-benar kangen.

Lalu saya akan ingat runutan cerita kita. Dimulai dari awalnya kita bertemu. Waktu itu, saya demikian lugas yakin jika cinta dapat datang pada penglihatan pertama. Saya tidak pernah memikir jika selanjutnya kamu bisa menjadi demikian spesial. Dan kita tidak akan bertemu di situasi-suasana kebenaran semata, tetapi kita bertemu dalam doa. Ya, semenjak hati itu tampil, saya tidak lepas menyebutkan namamu dalam doa-doaku. Kuharapkan kamu terus berbahagia dan memperoleh apa saja yang kamu damba. Dan masih kulakukan sampai saat ini.

Bersamamu benar-benar tidak selama-lamanya senang. Kamu tidak cuma membuatku ketawa, dan juga terluka. Ada saatnya melihatmu saja membuatku murka. Tetapi semenjengkelkan apa saja pertikaian kita, saya masih menghargakannya. Kita berkelahi bukan lantaran kedengkian, tetapi malah dengan rasa sayang dan ketakutan akan kehilangan. Sama dengan awalnya tatap muka kita, semua pertikaian kita kuanggap selaku sisi dari pendewasaan rasa.

error: Content is protected !!